Dolar AS Masih Lemah Meski Data Ekonomi AS Kuat

Pada pembukaan perdagangan awal pekan hari Senin (29/04) dolar AS masih lemah oleh sentimen perdagangan akhir pekan lalu, meskipun data pada pertumbuhan ekonomi AS sangat baik dari periode sebelumnya. Terpantau pergerakan dolar AS lebih rendah bergerak ragu-ragu dengan trend yang bearish.

Indeks dolar AS yang di perdagangkan terhadap beberapa rival mata uang utama mayor lainnya sedang turun sekitar 0,03 persen menjadi 97.98 setelah pembukaan pada posisi 98.03 dari penutupan akhir pekan lalu pada posisi 98.04.

Mata uang dolar AS turun cukup signifikan pada hari Jumat pekan lalu, menghentikan akan kenaikan tiga hari secara berturut-turut setelah adanya laporan pertumbuhan kuartal pertama AS yang kuat secara keseluruhan, namun ditengah pertumbuhan ekonomi yang kuat akan tetapi data inflasi justru malah sedang lemah. PDB Q1-2019 meningkat 3,2% y/y dari 2,2% persen sebelumnya.

Meningkatnya data Produk Domestik Bruto (PDB) tersebut tidak dapat membuat dolar menjadi perkasa, namun sentimen pasar sedang tertuju pada indeks harga konsumsi pada pengeluaran pribadi inti, yang menjadi tolak ukur inflasi acuan The FED. Dimana rilis data tersebut terdapat peningkatan hanya sekitar 1,3 persen berbanding 1,8 persen pada kuartal sebelumnya.

Di sisi lain, GDP deflator yang merupakan indikator inflasi, justru malah melambat drastis. Akibatnya, para spekulan lebih memperhitungkan mengenai probabilitas akan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve di tahun ini. Fed Funds Futures kini mengisaratkan suku bunga akan turun dari sebelumnya 2.41 persen sekarang menjadi 2.20 persen pada akhir tahun.

Sejalan dengan itu, para investor bakal menyoroti akan adanya rilis data Core PCE nanti malam, serta menunggu pengumuman arah kebijakan The FED dalam beberapa hari ke depan. Indeks Core PCE yang merupakan bagian dari referensi inflasi utama bagi Fed, diperkirakan juga melambat sekitar 1.6 persen atau bahkan 1.5 persen pada bulan Maret.

Presiden Fed Chicago Charles Evans memberi pernyataan bahwa Core PCE pada 1.5 persen bisa menjadi alasan bagi pemangkasan dalam rangka asuransi, meskipun pada pertumbuhan ekonomi sedang sehat. Investor lebih memperhatikan dengan cermat pidato Ketua Fed Powell pada hari Rabu sebagai petunjuk mengenai pandangannya dalam hal ini.

Sejumlah bank-bank sentral lainnya juga telah mengumumkan akan mempertahankan kebijakan moneter yang lebih longgar sejak awal tahun ini. Termasuk salah satu diantaranya Bank of Japan dan Bank of Canada. European Central Bank juga terpaksa merancang pelonggaran moneter untuk penambahan akibat pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang kian melambat.

Klik icon dibawah untuk Membagikan Tulisan ini

Leave a Comment