Dolar AS Melemah Setelah Parlemen Inggris Menolak Keluar dari Uni Eropa

Dolar As mengalami pelemahan secara luas pada penutupan perdagangan jum”at sore. Pelemahan ini merupakan penurunan dalam mingguan paling besar lebih dari tiga bulan terakhir.

Data ekonomi AS yang lemah membuat dolar terseret jatuh, sedangakan sterling sedikit mengalami kenaikan dari sebelumnya rendah sejak Juni 2018 tahun lalu yang diraih pada rabu setelah parlemen Inggris menolak keluar dari Uni Eropa.

Output pada manufaktur AS mengalami penurunan untuk bulan kedua secara berturut-turut pada Februari dan aktivitas pabrik yang ada di negara bagian New York lebih lemah dari yang sudah diperkirakan bulan ini, menawarkan tentang bukti lebih lanjut adanya perlambatan tajam dalam pertumbuhan ekonomi pada awal kuartal pertama.

Pejabat Fed akan mengadakan pertemuan yang dijadwalkan pada Selasa (19/3) dan Rabu (20/3), membahas kenaikan suku bunga lebih lanjut pada tahun ini. dan untuk menilai ekonomi dan kebijakan moneter pada masa yang akan datang. sedangkan Bank sentral Amerika Serikat telah menaikkan empat kali suku bunga pada tahun lalu.

Laporan Data pada hari ini tentang indeks Empire State dan pertumbuhan pabrik juga mengecewakan. Akibatnya, The Fed kemungkinan minggu depan akan tetap dalam mode menunggu serta melihat tentang suku bunga, sikap hati-hati dapat menghambat kenaikan dolar, kata analis pasar senior Western Union Business Solutions, Joe Manimbo.

Penurunan pada dolar membuat euro lebih tinggi, euro terakhir naik sekitar 0,14 persen menjadi 1,1318 dolar. Sedangkan Indeks dolar lebih rendah 0,21 persen, terakhir di kisaran 96,580, merupakan penurunan mingguan terbesar sejak minggu pertama di bulan Desember.

Sementara itu diperkirakan tidak akan ada perubahan dalam suku bunga minggu depan setelah The Fed menghentikan siklus kenaikan suku bunga multi-tahun pada Januari, para pejabat mungkin menyerang pandangan yang lebih berhati-hati pada prospek ekonomi global setelah minggu yang bergejolak di pasar mata uang.

Poudsterling terakhir diperdagangkan pada kisaran USD. 1,3286, di bawah harga tertinggi sembilan bulan pada Rabu (13/3) di USD.1,3380, tetapi mengalami kenaikan dua persen sejauh minggu ini, kenaikan tersebut merupakan kenaikan terbesar sejak akhir Januari setelah penundaan keluarnya inggris dari Uni Eropa, menyusul adanya keputusan untuk menghindari Brexit tanpa terjadi kesepakatan.

Klik icon dibawah untuk Membagikan Tulisan ini

Leave a Comment