Kapasitas produksi minyak bisa turun di bawah satu persen dari permintaan minyak global pada akhir tahun jika OPEC mengkompensasi penurunan produksi dari Iran dan Venezuela, membuat harga minyak tertekan jika terjadi penurunan produksi yang tidak direncanakan.
Sangat sedikit sekali produsen minyak yang memiliki cadangan, Arab Saudi, memegang bagian terbesar produsen di Organisasi Negara Pengekspor Minyak, dan sebagai pengekspor minyak terbesar dunia.
Ketika pasar minyak menghadapi krisis pasokan besar tahun ini, sebagian besar disebabkan oleh sanksi yang dikenakan AS terhadap Iran dan Venezuela. para analis mengatakan OPEC ada cukup kapasitas cadangan untuk mengkompensasi kehilangan produksi mereka.
Dikutip dari Reuters, Produksi dari kedua negara telah mengalami penurunan total produksi dari kedua negara tersebut sekitar 1,85 juta barel per hari dari 2018. Akan tetapi, produksi diperkirakan akan turun lebih jauh, terutama di Iran.
Sementara analis memperkirakan produksi Venezuela kurang stabil pada level saat ini saja produksinya sekitar 700.000-800.000 barel per hari untuk sisa tahun ini, dan produksi minyak Iran diperkirakan akan turun lebih jauh setelah Amerika Serikat berupaya untuk sepenuhnya menghentikan ekspor minyaknya.
Sementara Arab Saudi, UEA dan negara-negara OPEC lainnya kemungkinan akan mengisi kekurangan yang diakibatkan menurunnya ekspor Iran yang lebih rendah, pada biaya pengurangan yang signifikan dalam kapasitas cadangan dan juga meningkatkan risiko potensi konflik di Timur Tengah, ”kata Barclays dalam sebuah catatan.
Aspek Energi memperkirakan kapasitas cadangan OPEC turun menjadi sekitar 920.000 barel per hari pada kuartal keempat dari 2,05 juta barel per hari pada kuartal kedua dan 1,4 juta barel per hari pada kuartal ketiga.
Jika kapasitas cadangan turun menjadi di bawah 1 juta barel per hari, atau sekitar 1 persen dari permintaan minyak global, harga minyak akan terkena dampak besar jika produksi minyak di tempat-tempat seperti Libya dan Nigeria akan turun.