Perang Dagang AS-China Kembali Memanas Membuat Wall Street Jatuh

Bursa saham Amerika pada perdagangan hari ini Jum’at, Anjlok karena sentimen pasar yang dipengaruhi oleh postingan Presiden AS Donald Trump yang membuat perang dagang kembali memanas dengan China. Dalam akun twitternya Cuitan Trump dianggap sebagai serangan AS terhadap China yang memberikan sentimen kekhawatiran pasar global.

Wall Street Perkasa di Tengah Indeks S&P yang Dekati Rekor Tertinggi

Dikutip dari Reuters, Dow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh 280,85 poin atau 1,05 % menjadi 26.583,42, indeks S&P 500 (SPX) turun 26,82 poin atau 0,9 % menjadi 2.953,56 dan Nasdaq Composite (IXIC) melemah 64,3 poin atau 0,79 % ke 8.111,12.

Presiden Donald Trump dalam postingan di twitter tersebut berencana untuk mengenakan tarif impor Cina sebesar 10 persen. Trump mengungkapkan rencana tersebut setelah sebelumnya Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin menyelesaikan pembicaraan perdagangan di Shanghai.

“Perwakilan kami baru saja kembali dari Cina setelah melakukan pembicaraan konstruktif berkaitan dengan pembahasan Kesepakatan Perdagangan masa depan, tweeted Trump. “Kami berpikir kami mempunyai kesepakatan dengan China tiga bulan lalu, tetapi sayangnya, Cina memutuskan untuk menegosiasikan kembali kesepakatan sebelum penandatanganan.”

Presiden Trump beranggapan bahwa pemerintah China telah gagal menindaklanjuti janji pembelian sejumlah produk pertanian AS dan menghentikan penjualan Fentanyl ke AS.

Lebih lanjut Presiden Trump mengatakan, Pembicaraan perdagangan terus berlanjut selama pembicaraan itu, AS akan mulai pada 1 September memberikan tambahan tarif 10% barang dan produk yang datang dari China ke Negara kami. Kami menantikan adanya dialog positif dengan China tentang Kesepakatan Perdagangan yang komprehensif dan merasa masa depan antara kedua negara akan menjadi lebih baik.

Disisi lain, Data Institute for Purchasing Manager Index (PMI) Institute for Supply Management. Menunjukan pada Sektor manufaktur AS pada Juli 2019 terjadi perlambatan hampir tiga tahun terakhir, Selain itu, investor juga sedang menanti laporan pekerjaan dari Departemen Tenaga Kerja AS.

Klik icon dibawah untuk Membagikan Tulisan ini

Leave a Comment