Pada penutupan perdagangan semalam 30 April 2019, Kurs dolar AS turun terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, karena mata uang euro naik didorong oleh pertumbuhan ekonomi kawasan yang positif dari perkiraan sebelumnya untuk kuartal pertama.
PDB yang sudah disesuaikan naik 0,4 persen secara musiman di kawasan euro selama kuartal pertama 2019, dari perkiraan sebelumnya yang diterbitkan oleh kantor statistik Uni Eropa, Eurostat. tumbuh dari 0,2 persen pada kuartal keempat 2018.
Dibandingkan kuartal yang sama di tahun sebelumnya, PDB yang disesuaikan naik sekitar 1,2 persen di kawasan euro kuartal pertama 2019, kenaikan yang sama seperti pada kuartal terakhir 2018 secara tahun ke tahun.
Pembukaan perdagangan forex pada hari Rabu (01/05) dimana para pelaku pasar sedang menunggu Fed tentang keputusan kebijakan moneternya, dolar AS masih lesu dan anjlok ke posisi terendah selama sepekan. Dan sebaliknya pada mata uang rival utama dolar cetak rekor penguatan tinggi.
Terpantau indeks dolar AS yang menunjukkan kekuatan terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya ditutup melemah sekitar 0,38 persen ke posisi 97,49 setelah sempat naik dikisaran 97,89 dan menuju ke posisi 97,44. Dolar AS melemah sekalipun adanya rilis data ekonomi dengan angka yang kuat semalam.
Secara bersamaan disaat terjadi pelemahan dolar, Justru Yen Jepang mencetak rekor tertingginya selama 2 pekan, poundsterling menguat sekitar 10 hari dan euro tertinggi dalam sepekan. Euro naik dalam satu pekan ke posisi level tertinggi setelah rilis data angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama di zona euro melebihi ekspektasi pasar, menghilangkan kekhawatiran atas mata uang umum zona tersebut.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik dikisaran USD.1,1221 dari sesi sebelumnya di level USD.1,1183, dan pound Inggris menguat ke posisi USD1,3037 dari sesi sebelumnya di USD.1,2935. Dolar Australia turun menjadi USD.0,7051 dari sesi sebelumnya USD.0,7057.