Harga minyak pada perdagangan rabu 22 April 2020 kembali pulih pasca anjlok selama dua hari terakhir di tengah kekhawatiran pasar menghadapi kelebihan pasokan akibat wabah covid-19.
Dikutip dari Reuters, Harga minyak mentah AS bergerak naik sebesar 9,68% ke $12,69 per barel.
Harga minyak sebelumnya anjlok lebih dari 70% tahun ini akibat dampak covid-19 yang telah memangkas permintaan minyak dunia, mulai dari bahan bakar, bensin kendaraan, sementara tangki penyimpanan di seluruh dunia terus mengisi dengan cepat.
Volatilitas di pasar minyak telah mendorong CME Group (NASDAQ:CME), bursa komoditas terbesar di dunia, untuk menaikkan margin pada kontrak berjangka minyak mentah.
“Pasar global tengah berupaya menghadapi anjloknya permintaan yang luar biasa karena pandemi covid-19,” kata Stephen Innes, ahli strategi pasar global di AxiCorp. Ia juga menambahkan bahwa harga minyak bisa jatuh lebih jauh karena kapasitas penyimpanan terus bertambah.
Dari ranah politik, anggota dari Partai Republik dan Partai Demokrat pada Selasa memuluskan program paket stimulus senilai US$ 484 miliar yang ditujukan pada sektor usaha kecil, rumah sakit, dan fasilitas pengetesan. tinggal menunggu DPR AS mengesahkannya secepatnya pada Kamis.
Pekan ini pelaku pasar menyadari bahwa meski krisis bisa segera membaik, dampak buruk dari ekonomi yang dihentikan kian membesar dan mengkhawatirkan. Tanpa permintaan untuk beberapa bulan, harga energi pun minus karena membengkaknya suplai minyak yang berlebih. kata Jim Paulsen, Kepala Perencana Investasi the Leuthold Group.
Fokus pedagang minyak mentah dunia selanjutnya akan tertuju ke keputusan pemerintah AS mengenai pembukaan kembali aktivitas ekonominya. Pasalnya ekonomi AS mengalami tekanan yang luar biasa akibat pandemi ini. Selain itu pedagang minyak juga akan fokus ke rilis data pasokan minyak mentah AS oleh EIA dengan prediksi turun ke 16.133 juta lebih rendah dari sebelumnya di 19.248 juta barel.